Senin, 30 Agustus 2010

Apakah Kita Benar-benar Orang yang Beriman??

”Dan janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan (pula) bersedih hati, sebab kamu paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang beriman.”
(QS. 3:139)

Ayat ini ditujukan kepada Rasulullah (S.A.W) oleh Allah S.W.T dari atas surga ketujuh, sesaat setelah kaum Muslim kalah dalam perang Uhud dan kembali ke Al-Madinah dengan perasaan sedih dan tertindas. Ini ditujukan sebagai dorongan kepada orang-orang yang beriman setelah kemenangan yang mereka peroleh diambil paksa dari mereka dan kembali kepada kekalahan. Dan mengapa para Sahabat (R.A.) tidak merasa hancur atas kekalahan tersebut? 70 orang terbaik di dunia pada saat itu terbunuh dan tidak terhitung jumlahnya mereka yang terluka. Bahkan Rasulullah (S.A.W) sendiri terluka serius hingga darah mengalir dari wajahnya dan beliau berkata dengan penuh derita bersamaan dengan membersihkan darah yang ada di pipinya: ”Murka Allah adalah sebaik-baik orang yang mengotori wajah Rasul-Nya dengan darah.”

Bagaimanapun, kekalahan tersebut hanya kemunduran sementara sehingga orang-orang yang beriman tersebut dapat merefleksikan alasan kekalahannya, dan dijelaskan secara gamblang pada ayat dalam Surah Ali-Imran, Kesalahan-kesalan dan dosa-dosa beberapa orang yang beriman mencabut kemenangan seluruh bala tentara.

Ketika Umar bin Al-Khattab (R.A.) membunuh tentara Saad bin Abi Waqqas (R.A.) dalam peperangan Al-Qadisiyyah, beliau menyarankan kepadanya: ”Takutlah akan dosamu melebih ketakutanmu pada musuh, karena dosa-dosa lebih berbahaya dibanding dengan musuhmu.” Kita sebagai Muslim menang melebihi musuh-musuh kita hanyalah karena dosa-dosa mereka melebih kita, bukan untuk alasan lainnya. Jika dosa-dosa kita sebanding dengan musuh-musuh kita tersebut, maka mereka akan mengalahkan kita dengan jumlah dan sumber daya mereka yang sangat banyak.

Kemudian Saad (R.A.) mempersiapkan pasukannya berperang melawan tentara-tentara Persia, dan dengan bersungguh-sungguh menyarankan pemimpinnya, dan memenjarakan pecandu alkohol Abu Mahjan Ath-Thaqati, agar tidak turut serta karena dapat menghambat kemenangan para tentara. Sampai saat, Abu Mahjan meratap dalam ikatannya dan membuat syair-syair yang sangat menyentuh istri Saad (R.A.) dimana untuk sementara membebaskannya sehingga dapat berpartisipasi dalam peperangan bersama saudara-saudaranya. Abu Mahjan kemudian pergi menunggang kuda milik Saad (R.A.) (karena Saad (R.A) adalah penunggang kuda yang buruk) dan dengan kegagahan yang tiada tandingannya, sebelum kembali ke selnya di petang hari dan mamakaikan sendiri ikatannya kembali. Hal ini berlangsung terus hingga 3 hari, sampai ketika Saad (R.A) mengenali kepahlawan akan Abu Mahjan, dia melepas ikatannya seraya berkata: ”Demi Allah! Aku tidak akan memenjarakan engkau lagi karena meminum alkohol!” Kemudian Abu Mahjan menjawab, ”Demi Allah! Aku tidak akan pernah lagi menyentuh alkohol setelah hari ini!”. Bala tentara tersebut mengalami kemenangan dan Saad (R.A.) dinobatkan oleh Khalifah Salman Al-Farsi (R.A) sebagai pemimpin baru di Persia, yang menetap disana dengan gaji 1 dirham per hari.

Kemenangan dan kekalahan, keuntungan dan kerugian, sukses dan gagal tidak didasari dengan uang, sumber daya, jumlah atau keahlian. Tetapi lebih kepada didasari oleh keseimbangan akan kepatuhan dan ketidakpatuhan kepada Allah Yang Maha Agung. Semakin kita mematuhi perintah Allah, baik individu maupun berkelompok, semakin kita akan memperoleh Kemenangan-Nya. Semakin kita tidak patuh kepada Allah, semakin kita memperlambat kedatangan akan Kemenangan-Nya. Dosa-dosa salah satu orang Muslim akan menghambat kemenangan untuk yang lainnya. Sangat mudah untuk menyalahkan Bush dan Blair, orang ’Barat’, orang ’Kafir’, atau lebih mudahnya ’mereka’ untuk semua kesengsaraan dan kekhawatiran kita. Tetapi tidak mudah untuk mengaca dan menghitung jari pada diri kita sendiri.

Lihat pada diri kita dan betapa menyedihkannya kita. Kita mengabaikan sholat atau menundanya atau bahkan terburu-buru dalam melakukannya. Kita terlalu pelit untuk mengeluarkan zakat, membiarkan amal sebagai pilihan sendiri. Kita lebih memilih pergi untuk liburan daripada pergi menunaikan ibadah Haji. Kita meminum alkohol, menggunakan dan mengedarkan obat-obatan terlarang (orang-orang Muslim merupakan pengedar terbesar obat-obatan terlarang di dunia saat ini). Kita membiasakan keluar dari ikatan perkawinan, kita mencuri, melakukan kecurangan, memakan makanan haram, menghasilkan sesuatu yang haram dan menjual yang haram. Kita menyiksa istri-istri kita dan memaksa anak-anak perempuan kita untuk menikah dengan dalih ajaran Islam. Kita lebih cepat mengeluarkan dana untuk fashion dan barang-barang mahal lainnya, tetapi lambat untuk mengeluarkan dana untuk rakyat jelata dan orang-orang yang membutuhkan. Kita gagal untuk mengungkapkan satu kata, biarkan sendiri meraih jari, ketika kita melihat saudara muslim kita dipenjara, disiksa, ditangkap, diekstradisi atau dibunuh, dan ketakutan jika harus berhubungan dengan mereka. Kita membuang-buang waktu kita menonton televisi dan bermain dengan computer game, kemudian komplain tidak memiliki cukup waktu untuk menjadi Muslim yang lebih baik. Kita terlalu kecanduan akan musik untuk mendapatkan waktu untuk mendengarkan atau untuk mengingat Al-Qur’an. Kita telalu sibuk untuk bersenang-senang dan bermain-main untuk mengisi tanggung jawab kita sebagai Wakil di dunia milik Allah ini. Dan setelah semua itu (bahkan lebih) kita memiliki ganjalan untuk berpikir Mengapa Kemenangan Allah tidak juga datang. Dengan kekurangan kita, kita harus lebih mengharapkan Murka dan Hukuman Allah dibanding dengan Kemenangan-Nya.

Setiap dosa yang kita lakukan menghambat datangnya Kemenangan Allah. Setiap sholat yang kita tunda memperpanjang penahanan para tahanan di pantai Guantanamo. Setiap obat terlarang yang kita gunakan membiarkan satu lagi Al-Qur’an dibuang ke toilet. Setiap jam yang kita buang untuk menonton TV membiarkan satu lagi umat muslim diculik dan diekstradisi ke tangan orang-orang jahat. Setiap saat kita renungkan sesuatu yang dilarang, kita menempatkan suatu kendala dalam Kemenangan Allah. Suatu dosa bukan merupakan hal yang bersifat pribadi antara hamba dan Allah, tetapi satu dosa dapat membuat perbedaan antara kemenangan dan kekalahan. Setiap dosa yang kita lakukan merupakan satu alasan lagi mengapa Allah tidak kunjung memberikan kita kebebasan, keamanan dan kemenangan.

Allah memberikan kita suatu Janji di dalam ayat Al-Qur’an yang telah disebutkan di awal: ”Dan janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan (pula) bersedih hati, sebab kamu paling tinggi (derajatnya) jika kamu orang beriman.”
Allah menjanjikan kita kebebasan bantuan, keunggulan, dan kemenangan dalam kondisi bahwa kita benar-benar orang yang beriman. Jika kita merasakan kekalahan saat ini, bukan berarti Janji Allah itu salah. Lebih kepada, pertanyaan yang harus kita pertanyakan pada diri kita sendiri: Apakah kita benar-benar orang Beriman?

Minggu, 29 Agustus 2010

Segala puji hanya bagi Allah subhanahu wa ta’ala, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Rasulullah shalallahu ‘alai wasallam, dan aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi -Nya dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan -Nya.

Amma Ba’du:

Sesungguhnya di antara nikmat yang paling besar yang telah dianugrahkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala kepada hamba -Nya adalah nikmat mendapat hidayah kepada agama islam. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman tentang orang-orang Badui:

Mereka merasa telah memberi nikmat kepadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah: "Janganlah kamu merasa telah memberi nikmat kepadaku dengan keislamanmu, sebenarnya Allah, Dialah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjuki kamu kepada keimanan jika kamu adalah orang-orang yang benar". (QS. Al-Hujurat: 17).

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman kepada Nabi -Nya untuk mengingatkan beliau tentang nikmat ini:

Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Qur'an) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Qur'an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Qur'an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus. (QS. Al-Syuro: 52)

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk. (QS. Al-Dhuha: 7)

Di dalam Al-Shahihaini dari Abdullah bin Zaid bahwa Nabi Muhammad shalallahu ‘alai wasallam berkata kepada kaum Anshor: Tidakkah aku mendapati kalian tenggelam dalam kesesatan lalu Allah subhanahu wa ta’ala memberikan hidayah kepada kalian karena aku?.[1]

Allah subhanahu wa ta’ala mengingatkan nikmat ini kepada para penghuni surga. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

Dan Kami cabut segala macam dendam yang berada di dalam dada mereka; mengalir di bawah mereka sungai-sungai dan mereka berkata: "Segala puji bagi Allah yang telah menunjukkan kami kepada (surga) ini. Dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi kami petunjuk. (QS. Al-A’rof: 43)

Hidayah dapat dibagi menjadi dua:

Pertama: Hidayatud Dilalah wal Irsyad wal Balagh (hidyah dalam artian memberikan penjelasan, penerangan, dan menyampaikan kebenaran). Hidyah inilah yang disebut di dalam firman Allah subhanahu wa ta’ala :

“…dan bagi tiap-tiap kaum ada orang yang memberi petunjuk”. (QS. Al-Ra’du: 7)

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus. (QS. Al-Syuro: 52). Dan firman Allah subhanahu wa ta’ala :

Jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya kewajiban Rasul Kami, hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang. (QS. Al-Maidah: 92)

Di dalam shahih Muslim bahwa Nabi Muhammad shalallahu ‘alai wasallam bersabda kepada Ali RA: Demi Allah, jika seandainya Allah subhanahu wa ta’ala memberikan hidayah kepada seorang lelaki karena usahamu maka hal itu lebih baik dari pada engkau memiliki onta merah”.[2]

Kedua: Hidayatut Taufiq (Hidayah dipermudah menerima kebenaran dan dibantu mendapatkannya). Hidayah ini hanya dimiliki oleh Allah subhanahu wa ta’ala . Allah berfirman kepada Nabi -Nya:

Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki -Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk. (QS. Al-Qoshos: 56)

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

Dan jika Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?. (QS. Yunus: 99)

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

Dan kalau Kami menghendaki niscaya Kami akan berikan kepada tiap-tiap jiwa petunjuk (bagi) nya, akan tetapi telah tetaplah perkataan (ketetapan) dari -Ku; "Sesungguhnya akan Aku penuhi neraka jahanam itu dengan jin dan manusia bersama-sama. (QS. Al-Sajdah: 13)

Di antara macam-macam hidayah adalah:

Allah subhanahu wa ta’ala memberi petunjuk kepada seorang hamba untuk berbuat amal shaleh dan akhlak yang baik kepada manusia. Diriwayatkan oleh Al-Hakim di dalam kitab Al-Mustadrok dari Abi Ayyub bahwa Nabi Muhammad shalallahu ‘alai wasallam bersabda: Ya Allah ampunilah segala kesalahan dan seluruh dosa-dosaku, berikanlah nikmat kepadaku, hidupkanlah aku, berilah rizki kepadaku, tunjukanlah aku perbuatan-perbuatan yang baik, sebab tidak ada yang memberikan petunjuk kepada amal yang baik kecuali Engkau dan tidak ada yang memalingkan seseorang dari amal yang buruk kecuali Engkau”.[3]

Dan di antara hidayah yang paling besar adalah petunjuk Allah subhanahu wa ta’ala bagi hamba -Nya untuk menegakkan tauhid dan menjauhi kesyirikan, sebab barang siapa yang menjalankan hal tersebut maka dia akan mendaptkan keamanan di dunia dan akherat. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

قال الله تعالى: ﴿ الَّذِينَ آمَنُواْ وَلَمْ يَلْبِسُواْ إِيمَانَهُم بِظُلْمٍ أُوْلَـئِكَ لَهُمُ الأَمْنُ وَهُم مُّهْتَدُونَ﴾ ( الأنعام: 82 )

Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kelaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. Al-An’am: 82)

Dan Nabi Muhammad shalallahu ‘alai wasallam memohon kepada Tuhannya agar dirinya diberikan petunjuk. Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari hadits Ibnu Mas’ud bahwa Nabi Muhammad shalallahu ‘alai wasallam bersabda: Ya Allah aku memohon kepada -Mu petunjuk, ketaqwaan, sikap iffah dan jiwa yang kaya”.[4]

Dan Nabi Muhammad shalallahu ‘alai wasallam mendo’akan para shahabatnya agar mereka mendapat petunjuk dan menerangkan kepada umatnya agar mereka melaksanakan hal yang sama. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Jarir bin Abdullah bahwa berkata: Aku telah mengadu kepada Nabi Muhammad shalallahu ‘alai wasallam bahwa aku tidak bisa menunggang kuda, maka Nabi Muhammad shalallahu ‘alai wasallam menepukkan tangannya pada dadaku dan berkata: Ya Allah teguhkanlah dia dan jadikanlah dirinya menjadi petunjuk dan mendapat petunjuk”.[5]

Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah RA bahwa dia berkata: Thufail bin Amru Al-Duawisi dan para shahabatnya datang kepada Nabi Muhammad shalallahu ‘alai wasallam dan mereka berkata: Wahai Rasulullah, sesungguhnya suku Daus enggan dan menolak maka berdo’alah kepada Allah agar mereka binasa, maka dikatakan: Suku Daud pasti binasa. Maka beliau bersabda: “Ya Allah berikanlah kepada suku Daus datangkanlah mereka!”.[6]

Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Ali RA bahwa Nabi Muhammad shalallahu ‘alai wasallam bersabda kepadanya: Katakanlah: Ya Allah berikanlah kepadaku petunjuk dan berikanlah ketepatan dalam langkahku, dan menyebutkan kata petunjuk, yang maksudnya adalah petunjuk dalam melangkahi perjalanan dan ketepatan sama seperti tepatnya panah mengenai sasaran”.[7]

Diriwayatkan oleh Al-Bikhari dan Muslim di dalam kitab shahihnya dari Al-Barro’ bin Azib berkata: Aku telah menyaksikan Nabi Muhammad shalallahu ‘alai wasallam pada hari perang Khandak, pada saat beliau menggali tanah, sehingga tanah tersebut melumuri rambut dadanya dan beliau adalah seorang lelaki yang banyak rambut dadanya tebal dan beliau melantuntkan pantun Abdullah:

Ya Allah, seandainya bukan karena -Mu, kami tidak mendapat petunjuk

Kami tidak bersedeqah dan tidak pula kami menunaikan ibadah shalat

Maka turunkanlah kepada kami ini ketenangan menyirami jiwa kami

Dan teguhkanlah kaki-kaki kami pada saat menghadapi semua musuh

Sesungguhnya para musuh telah melampaui batas saat menzalimi kami

Ketika mereka hendak memfitnah kami maka kamipun enggan terjebak [8]

Syaekhul Islam berkata: Dan seorang hamba selalu membutuhkan petunjuk Allah subhanahu wa ta’ala agar dirinya tetap di jalan yang lurus, dia selalu membutuhkan kepada tujuan do’a ini, sebab sesungguhnya tidak ada jalan keselamatan dari siksa dan tidak mungkin seseorang mencapai kebahagiaan kecuali dengan hidayah, dan hidayah ini tidak akan bisa diperoleh kecuali dengan petunjuk yang diberikan oleh Allah”.[9]

Ibnul Qoyyim rahimhullah berkata: Sesungguhnya jika seorang hamba beriman dengan kitab Allah subhanahu wa ta’ala dan mengikuti petunjuknya secara umum, menerima segala perintahnya, membenarkan segala perintahnya, mempercayai semua yang diberitakannya, maka hal itu menjadi sebab baginya untuk mendapatkan petunjuk lain yang bersifat rinci, sebab hidayah tersebut tidak bertepi sekalipun seorang hamba telah mencapai tingakatan yang tinggi”.[10]

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

Dan Allah akan menambah petunjuk kepada mereka yang telah mendapat petunjuk. Dan amal-amal saleh yang kekal itu lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu dan lebih baik kesudahannya. (QS. Maryam: 76).

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

Kami ceritakan kisah mereka kepadamu (Muhammad) dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk; (QS. Al-Kahfi: 13).

Dan Allah subhanahu wa ta’ala telah memberitahukan bahwa orang yang diberikan petunjuk kepada agama ini, maka dia akan dilapangkan dadanya untuk menjalankan agama ini. Sebaliknya, orang yang dikehendaki keburukan dan kesesatan, maka Allah subhanahu wa ta’ala akan membuat seseorang merasakan kesempitan dengan agama ini. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

Barang siapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barang siapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki ke langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman. (QS. Al-An’am: 125)

Di antara sebab agar seserang teguh dengan hidayah Allah subhanahu wa ta’ala adalah:

Do’a, diriwayatkan oleh Imam Ahmad di dalam kitab musnadnya dari Aisyah radhiallahu ‘anha berkata: Do’a yang sering diucapkan oleh Nabi Muhammad shalallahu ‘alai wasallam adalah:

“Ya Allah, Tuhan yang Maha Kuasa membolak balikkan hati teguhkanlah hati kami pada agamamu”. Maka aku berkata: Wahai Rasulullah, sesungguhnya engkau sering mengucapakan do’a ini”. Maka beliau menjawab: “Sesungguhnya hati anak Adam ini di antara dua jemari dari jari-jemari Allah Azza Wa Jalla, jika Dia berhendak menyesatkannya maka Dia mampu menyesatkannya dan jika Dia berkehendak meluruskannya maka Dia- pun mampu meluruskannya.”

Di antara sebab keteguhan dalam amal shaleh adalah seperti apa yang disebutkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala di dalam firman -Nya;

Dan sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan (iman mereka). dan kalau demikian, pasti Kami berikan kepada mereka pahala yang besar dari sisi Kami, dan pasti Kami tunjukkan mereka kepada jalan yang lurus. (QS. Al-Nisa’: 66-68).

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad dan kepada keluarga, shahabat serta seluruh pengikut beliau.

Jumat, 27 Agustus 2010

NASA Temukan 'Planet Alien', Kembaran Bumi? Observatorium Kepler menemukan sistem planet mirip tata surya yang diberi nama, Kepler 9.

Badan antariksa Amerika Serikat (NASA) mengumumkan temuan baru yang dihasilkan satelit Kepler, Kamis 26 Agustus 2010.

Kepler menemukan kelompok planet alien, planet-planet yang tak pernah dilihat sebelumnya itu mengelilingi sebuah bintang -- seperti planet dalam tata surya yang mengelilingi Matahari. Temuan itu dinamakan sistem Kepler 9.

Pengamatan dari observatorium Kepler mengkonfirmasikan dua planet seukuran Saturnus mengorbit sebuah bintang -- dalam jarak sekitar 2.300 tahun cahaya dari Bumi.

Mereka juga mengungkapkan kandidat planet yang mungkin sama ukurannya dengan Bumi dalam sistem yang sama.

Mengapa kandidat? Karena keberadaannya belum terkonfirmasi.

Sampai saat ini, para astronom belum mengkonfirmasi apakah ada planet yang potensial seperti Bumi -- dalam arti bisa menopang kehidupan. Namun, analisa awal mengatakan, planet tersebut punya radius 1,5 kali Bumi.

Observasi lanjutan dari sistem planet tersebut akan membantu menjawab pertanyaan adakah kehidupan di luar Bumi.

"Kami berharap dalam beberapa hari atau minggu, kami bisa memastikannya," kata William Borucki, peneliti utama Keppler di

Pusat Penelitian Ames milik NASA, seperti dimuat laman Space, 26 Agustus 2010.

Untuk kali pertamanya, analisis pengamatan Kepler juga dikombinasikan dengan waktu transit dan observasi kecepatan radial untuk memperkirakan massa planet-planet alien itu.

Dua planet terbesar dalam sistem ini yang dinamakan Kepler 9b dan Kepler 9c -- ditemukan memiliki diameter yang hampir sama. Keduanya punya massa dan kepadatan seperti Saturnus.

Namun, dua planet tersebut terlalu dekat dengan bintang -- mirip Matahari, seperti Merkurius yang mengorbit Matahari. Dua planet itu diduga kuat tidak memiliki kehidupan karena sangat panas.

Planet Kepler adalah kelompok planet ke dua yang diumumkan minggu ini. Sebelumnya, astronom Badan Antariksa Eropa (ESO) mengumumkan penemuan 'tata surya' yang terdiri dari tujuh planet yang berjarak 127 tahun cahaya dari Bumi.

Kembaran Bumi?

Para astronot belum menemukan planet mirip Bumi dari observatorium Kepler.

Jika keberadaan planet ketiga mirip yang Bumi sudah ada konfirmasi, planet itu bisa menjadi 'planet terkecil' yang dikenal.

"Kami bisa mengatakan, dalam hal ukuran fisik, ini akan jadi yang terkecil, tapi kami belum mengetahui massanya," kata Matthew Holman, staf direktur divisi teori astrofisika di Harvard-Smithsonian Center, yang mengkonfirmasi temuan Kepper.

Keppler mengungkapkan, planet ketiga ini memiliki radius 11,5 kali Bumi dan memiliki periode orbital sekitar 1,6 hari di Bumi -- lebih pendek dari Kepler-9b dan 9c.

Para peneliti sedang meneliti apakah kandidat 'Kembaran Bumi' mengorbit di bintang yang sama dengan dua planet lain.

"Salah satu pesan dari pekerjaan ini adalah bahwa Kepler membuat kemajuan menuju tujuan untuk menemukan sistem planet yang mirip dengan tata surya kita."

Namun dalam hal kelayakan huni, sistem Kepler-9 mungkin bukan tempat yang tepat untuk mencari kehidupan.

"Planet-planet ini seperti tidak layak huni," kata Holman. Diperkirakan temperatur dua planet terbesar sangat tinggi, sekitar 740 derajat Kelvin (872 derajat Fahrenheit) dan 540 derajat Kelvin (512 derajatFahrenheit).

"Temperatur itu jauh di atas titik didih air, maka diduga kuat itu bukan planet berpenghuni. (hs)

Kamis, 19 Agustus 2010

Dinegara ini kita hidup dan bekerja
Di negara ini kita makan dan berbahagia
Di tanah yang indah ini bersemilah cintamu yang abadi
Di negara busuk ini kita tersenyum pedih

Kita membicarakan kenyataan
Dalam dunia yang tak kumengerti
Kita membicarakan kepasrahan
Dalam spektrum yang hitam dan putih
Kita merasa benar-benar pintar
Memasyarakatkan kebodohan ini
Kita membicarakan kenyataaan dalam dunia fantasi

Aku tak butuh pengertianmu
Aku bukan bagian dari sejarah yang kau tulis
Kau bingkiskan untuk anak dan cucumu
Aku tak butuh penjelasanmu
Aku bukan bagian dari kebanggaan
Yang membuat kita tak berpenghasilan

Nasionalisme adalah tempat tinggal yang kita bela
Nasionalisme untuk negara ini adalah pertanyaan
Nasionalisme untuk negara ini menuju kehancuran
Nasionalisme menuntun bangsa kami menuju kehancuran

N a s i o n a l i s m e…
N a s i o n a l i s m e…
N a s i o n a l i s m e…

Untuk negara ini adalah pertanyaan

N a s i o n a l i s m e…
N a s i o n a l i s m e…
N a s i o n a l i s m e…

Menuntun bangsa kami menuju kehancuran

dari syair lagu yg dinyanyikan oleh koil merupakan mencerminkan bahwa keadaan dalam bangsa indonesia ini agak relevan karena kita melihat banyak nya keadaan politik yg tidak menentu dan kesenjangan sosial sampai luntur nya nilai - nilai nasionalisme yg ada dimasyarakat mengakibatkan banyak nya terjadi kekerasan dan tauran disana sini .. sampai - sampai masalah antara negara pun menjadi kan bangsa ini menjadi negara yg mempertanyakan rasa nasionlisme yg benar - benar nyata bukan hanya rekayasa pada saat terjadinya hari-hari bersejarah saja tetapi harus ditanamkan pada jati diri setiap penerus bangsa ini .. untuk itu rasa nasionalis itu harus ada dan diperjuangkan bagi kita masing-masing..